Muslimin dan Muslimat yang Berbahagia
Setiap manusia, apalagi sebagai muslim kita
tentu mendambakan kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu
seolah-olah dunia ini menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup
di dunia ini, ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini
disebutkan dalam hadits Nabi:
" Barangsiapa yang di pagi hari sehat badannya,
tenang jiwanya dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia
ini dikaruniakan kepadanya. "
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Untuk memahami lebih dalam tentang apa yang
dimaksud oleh Rasulullah Saw, hadits di atas perlu kita pahami dengan baik.
1.
BADAN YANG SEHAT.
Badan yang sehat
merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi manusia yang tidak ternilai
harganya, rasanya tidak ada artinya segala sesuatu yang kita miliki bila kita
tidak memiliki kesehatan jasmani. Apa artinya harta yang berlimpah dengan mobil
yang mahal harganya, rumah yang besar dan bagus, kedudukan yang tinggi dan
segala sesuatu yang sebenarnya menyenangkan untuk hidup di dunia ini bila kita
tidak sehat. Oleh karena kesehatan bukan hanya harus dibanggakan dihadapan
orang lain, tapi yang lebih penting lagi adalah harus disyukuri kepada yang
menganugerahkannya, yakni Allah Swt.
Kesehatan badan bisa
diraih dengan mencegah dari segala penyakit yang akan menyerang tubuh dan
mengatur segala keseimbangan yang diperlukannya. Oleh karena itu tubuh manusia
punya hak-hak yang harus dipenuhi, diantara hak-hak itu adalah bersihkan
jasmani bila kotor, makan bila lapar, minum bila haus, istirahat bila lelah,
lindungi dari panas dan dingin, obati bila terserang penyakit, dll. Ini merupakan
salah satu bentuk dari rasa syukur kepada Allah yang harus kita tunjukkan.
Bentuk syukur yang lain adalah memanfaatkan kesehatan jasmani dengan segala
kesegaran dan kekuatannya untuk melakukan berbagai aktivitas yang menggambarkan
pengabdian kita kepada Allah Swt.
Namun yang amat
disayangkan dan ini diingatkan betul oleh Rasulullah Saw adalah banyak manusia
yang lupa dengan kondisi kesehatannya. Saat sehat ia tidak mencegah kemungkinan
datangnya penyakit, tidak memenuhi hak-hak jasmani dan tidak menggunakan
kesehatannya itu untuk melakukan aktivitas pengabdian kepada Allah sehingga
pada saat sakit, barulah ia menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam,
Rasulullah Saw bersabda:
Ada dua nikmat yang
sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR.
Bukhari).
2.
JIWA YANG TENANG.
Hal yang tidak kalah
pentingnya dari badan yang sehat adalah jiwa yang tenang, sebab apa artinya
manusia memiliki jiwa yang sehat bila jiwanya tidak tenang, bahkan badan yang
sakit sekalipun tidak menjadi persoalan yang terlalu memberatkan bila dihadapi
dengan jiwa yang tenang, apalagi ketenangan jiwa bila menjadi modal yang besar
untuk bisa sembuh dari berbagai penyakit.
Jiwa yang tenang
adalah jiwa yang selalu berorientasi kepada Allah Swt, karena itu, orang yang
ingin meraih ketenangan hidup dijalani kehidupan dengan segala aktivitasnya
karena Allah, dengan ketentuan yang telah digariskan Allah dan untuk meraih
ridha dari Allah Swt. Dengan demikian, sumber ketenangan hidup bagi seorang
muslim adalah keimanan kepada Allah Swt dan ia selalu berdzikir kepada Allah
dengan segala aplikasinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tentram (tenang) dengan mengingat Allah,
hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang (QS 13:28).
Oleh karena itu,
keimanan kepada Allah yang merupakan sumber ketenangan akan membuat seorang
muslim merasa senang untuk mendapatkan beban-beban berat dan tidak ada
kegelisahan sedikitpun di dalam hatinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
berat itu. Abu Na’im dan Ibnu Hibban meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi bahu
membahu membawa satu persatu batu bata yang besar untuk membangun masjid. Tapi
Ammar bin Yasir justeru membawa dua tumpukan batu bata besar. Ketika Nabi
melihatnya, beliau membersihkan debu dari kepala Ammar sambil bersabda: “Wahai
Ammar, tidakkah cukup bagimu untuk membawa seperti yang dilakukan para
sahabatmu?”. Ammar menjawab: “Saya mengharapkan pahala dari Allah”. Lalu Nabi
bersabda: “Sesungguhnya Ammar memiliki keimanan yang penuh dari ujung rambut
sampai ke ujung kakinya atau tulangnya”.
Disamping itu,
seandainya kematian akan menjemput dirinya, keimanan kepada Allah dengan segala
aplikasinya tidak akan membuat seorang muslim takut kepada mati, bahkan ia akan
sambut kematian itu dengan jiwa yang tenang, Allahpun memanggilnya dengan
panggilan yang menyenangkan: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS 89:27-30).
Dengan demikian, jiwa
yang tenang membuat kehidupan manusia bisa dijalani dengan sebai-baiknya dan
memberi manfaat yang besar, tidak hanya bagi dirinya tapi juga bagi orang lain,
sedangkan kematiannya justeru akan menjadi kenangan manis bagi orang yang hidup
dan ia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dengan masuk ke dalam surga
dengan segala kenikmatan yang tiada terbayangkan.
3.
MAKANAN YANG CUKUP
Makanan, termasuk di
dalamnya adalah minuman merupakan kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan
manusia. Kesehatan manusia tidak bisa dipertahankan bila ia tidak makan dan
tidak minum, bahkan tidak sedikit orang yang semula memiliki kekuatan iman
tidak bisa lagi dipertahankan keimanannya karena lapar, sedangkan bila
situasinya sangat darurat, seorang muslimpun terpaksa harus memakan sesuatu
yang pada dasarnya haram untuk dimakan, namun apakah seorang muslim bisa untuk
berlama-lama dalam situasi darurat?.
Oleh karena itu,
memiliki makanan yang cukup atau perekonomian yang memadai merupakan suatu
kenikmatan tersendiri dalam hidup ini, sedangkan bila kondisi kehidupan
seseorang dalam keadaan lapar, dan ia tidur dalam keadaan yang demikian, maka
hal itu merupakan sesuatu yang sangat jelek, karenanya Rasulullah Saw selalu
berdo’a sebagaimana terdapat dalam hadits:
Ya Allah, aku
berlindung kepadamu dari lapar, karena ia adalah teman tidur yang paling jelek
(HR. Abu Daud, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Untuk bisa memenuhi
kebutuhan pangan, seorang muslim sangat dituntut untuk mencari nafkah, baik
untuk diri maupun keluarganya, apalagi bila ia bisa membantu orang lain seperti
anak yatim, fakir miskin dan sebagainya. Itu sebabnya, orang yang mencari
nafkah secara halal dan terhormat (bukan dengan cara mengemis atau
meminta-minta) sangat dimuliakan oleh Allah Swt. Karenanya setiap muslim harus
bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhannya. Bila sudah
terpenuhi dan selalu bisa dipenuhi kebutuhan nafkah diri dan keluarganya, maka
hal ini merupakan suatu kenikmatan dalam kehidupan dan iman bila dipertahankan
dan ditingkatkan kualitasnya pada masa-masa mendatang. Paling tidak, salah satu
faktor yang membuat seseorang bisa menjadi kufur telah teratasi.
Demikian tiga faktor penting yang membuat
manusia bisa dikatakan memperoleh kenikmatan dalam hidupnya di dunia yang
sangat berpengaruh pada upaya memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
0 komentar:
Posting Komentar